Category Archives: rasa

-terpidana senja-

iba aku pada senja yang terpidana.

yang (sesungguhnya) cuma melatari bangkubangku dan p.e.r.i.s.t.i.w.a diantaranya.

kau salahkan dia atas apa yang kau indera, sedangkan senja sendiri meluruh jingga.

berdarah atas pedih yang ia derita.

…(dan kamu tidak bertanya kenapa)

– sebuah percakapan ketika matahari sudah mulai menyerah bersinar, tanpa bermaksud mengecilkan ponirah yang sudah duluan terpidana

-23 November 2007-

Advertisement

-keluar dari Jakarta-

ternyata aku tidak merindu teknologi
remah-remah hidup yang berkedok modernisasi
rupanya cukup kopi dan roti
tertawa sambil menghirup udara pagi
cukup tangan dan kaki
untuk ajak aku selesaikan hari

rupanya tak perlu televisi
untuk temani waktu berganti

rupanya cuma butuh kalian, teman
cerminan serpih jiwa
untuk ajak aku tersenyum hari ini

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss…!

-dan ironiskah, ketika tulisan ini diposting dari salah satu benda remah-remah teknologi? :p-

-permisi-

warna terpudarkan sang waktu, tersisa kelabu meraja
bersama dirimu ia temani perjalanan mencari pelangi
di ujung sana : janji. sebuah pelita
serta rasa yang mengkristal demi membias sinar

namun bagimu aku musafir sekedar permisi
sedangkan bagiku jalanmu pelangi

-sentuh aku-

Sentuh sentuh sentuh
Sentuh aku disini. Sekarang.

(ia menunjuk ke dadanya)

Ragu. Orang itu menatap saja.
Tak bicara. Hanya menatap kemana tangan menunjuk.
Perlahan ia gerakkan tangan. Menuju dadanya. Berhenti di sana.
Tak yakin harus berbuat apa. Diam saja? Bergerak?
Begini maksudmu?, tanyanya.

(ia tak berani bergerak)

Aku tak minta kau letakkan tanganmu disana.
Aku minta kau sentuh. Disini. Sekarang.
Orang itu hanya menatap lagi.
Masih tak yakin. Masih tak paham.
Aku tak mengerti, katanya.

(ia masih tak berani bergerak)

Lalu ya sudah.
Ia beranjak pergi tinggalkan tangan orang itu yang tadi di dadanya.

Cari aku kalau sudah paham tentang rasa, teriaknya tanpa menoleh.

22 Maret 2006

-tak lagi sama-

Suatu waktu aku pernah datang, menawarkan segenap diri untuk disandari
Waktu berlalu dan aku tak lagi sama

Suatu waktu kau pernah berkata: jangan bebani yang kau cinta
Waktu berlalu dan kamu tak lagi sama

Suatu waktu rasa pernah hadir disini, tawarkan damai dan tenang hati
Waktu berlalu…
Dan rasa tak lagi sama

-circa 2004

-tentang kebohongan-

Mungkin kejujuran sudah tak ada harganya
Mungkin nilai-nilai sudah tak punya arti

Mungkin adalah terbaik untuk berbohong demi kebaikan
Pembodohan terhadap panca indera
Pembodohan terhadap rasa

Kebenaran yang tidak tunggal
Siap dibentuk nalarmu
Bengkokkan sedikit di sini di sana
Hingga nyatamu, nyataku : satu

Bodohi sedikit dirimu
Yang penting kan kau tersenyum
Bodohi sedikit diriku
Yang penting kan aku tersenyum

Mari bergenggam tangan
Kita bangun mahligai diatas dataran ini
Mari bersama bangun mimpi
Meski terbodohi…
Sedikit…

29 November 2003

-bintang-

…Ada malam dimana bintang turun dari singgasananya dan mengajakku menaruh harap…
Segenap jiwa bergejolak.
Bila boleh aku meminta, aku hanya ingin jujur.
Hanya ingin sandarkan jiwa lelah
Tanpa pakaian, perhiasan
-apa adanya

Namun tak dapat aku,
Karena itu saat terlemahku
Takutkan jiwa tersandar akan tertidur lelap, bermimpi
Tanpa sadari bebani sang bumi
Takutkan jiwa tak bisa bangun lagi

…Maka pendar sang bintang perlahan hilang
Dan aku tersisa dalam gelap.

30 Januari 2003

-…-

Saat kau sentuh batas asa,
Berhati-hatilah : ia rapuh

Saat kau lirik dalam jiwa,
Berhati-hatilah : ia keruh

Saat kau hapus kelam rasa,
Berhati-hatilah : ia teguh

Saat kau bertahan disana,
Perhatikanlah : saya utuh…

19 Januari 2003