Patutkah kita bicara rindu?
aksara yang semu terkalahkan kompulsi demi mencurangi bisu
Perlukah kita bicara rindu?
mata sudah lebih dulu mempecundangi abu-abu yang kusajikan untukmu
Patutkah kita bicara rindu?
aksara yang semu terkalahkan kompulsi demi mencurangi bisu
Perlukah kita bicara rindu?
mata sudah lebih dulu mempecundangi abu-abu yang kusajikan untukmu
Satu hari nanti semoga yang kuingat bukan cuma janjimu, tapi juga ingkarannya
Satu hari nanti semoga yang kukenang bukan cuma anganku, tapi juga kenyataannya
-untuk mereka yang memilih terpenjara dalam penyangkalan
Ketika telah terangkat jangkar,
Terhuyung kapal jadi mainan
Gelombang, surut dan pasang
Wahai nahkoda, tolong perlahan
Jangan terburu, usah tergesa
Berundinglah sejenak bersama bintang
Angin berhembus senantiasa
Berkonspirasi dengan semesta
Mengantar kapal hingga labuhnya
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss…!
“Rasa hampir tak bernyawa.
Permisi pergi bersama senja.
Lalu tersisa kepompong2 kaca,
siap terjun bebas dan pecah bersama asa.”
-22 Desember 2009-
malam ini cuma perih saja adanya..
tapi tidak katakan banyak
logika sudah permisi tadi
beranjak untuk meniti langit
maka rasa saja yang tinggal,
lahirkan kepompong-kepompong jernih yang jatuh dan pecah jadi kupu-kupu
tidak bisa berkata banyak tentang aku
atau kamu,
hanya perih yang terucap
-8 Desember 2008-
ternyata kata cuma kumpulan aksara
saling bersisian dalam konfigurasinya
tanpa asosiasi dan tanpa makna
tetap tak mampu sampaikan rasa
tetap lumpuh ketika harus salurkan asa
sedari tadi hati dan otakku mencoba susun dua puluh enam aksara yang tersedia supaya bisa sampaikan apa yang kurasa.
tapi rupanya mereka berbeda bahasa.
maaf jika untuk bincang-bincang kali ini aku cuma mampu tawarkan sunyi.
otak dan hatiku belum mampu kompromi.
bolehkan aku tertawa meski aku punya vagina?
bolehkan aku nikmati malam dengan rokok kopi dan cemilan,
dengan diskusi dan lawakan,
dengan kawan atau lawan?
bolehkan aku merasa meski aku punya vagina?
bolehkan aku marah berteriak, tidak hanya terisak
bolehkan aku menggugat merombak melawan bahkan merusak.
bolehkan aku berjuang meski aku punya vagina?
bolehkan aku bela jiwaku karsaku seperti kau harap kubela anakku.
bolehkan aku bela apa yang keluar dari kepalaku sebagaimana kubela yang keluar dari…
bolehkan aku HIDUP meski aku punya vagina?
bolehkan aku jadi tidak sebatas vagina!
2 Juni 2006
warna terpudarkan sang waktu, tersisa kelabu meraja
bersama dirimu ia temani perjalanan mencari pelangi
di ujung sana : janji. sebuah pelita
serta rasa yang mengkristal demi membias sinar
…
namun bagimu aku musafir sekedar permisi
sedangkan bagiku jalanmu pelangi
laci-laci di belakang kepalamu,
penuh mimpi-mimpi usang dan harap yang terbuang
sisa jaya muda sebelum senja membayang
sisa lugu ketika mentari di puncak hari
sekali-kali ingin juga kau lihat kembali
mengenang, meski lalu perih
lalu di luar jendela, senja sudah lewat
mengajakmu menyapa malam sebelum berucap selamat tidur
12 april 2006, 09.20 pagi
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss…!
…dan mereka berjalan meniti temali api
berjingkat, akrobat, tanpa akal sehat
berpegang payung yang cuma kerangka
berpengaman jaring yang belum rekat